1/19/2016

Usaha Menghilangkan Pikiran Negatif

Pikiran negatif seringkali membajak cara seseorang menentukan citra diri. Hal itu seringkali berdampak pada kecenderungan sikap dan kondisi tubuh yang tidak sehat. Dengan berusaha menghilangkan pikiran yang negatif dan mulai menghargai diri sendiri, kita bisa merasa lebih ringan dan lebih senang sehingga kualitas hidup akan menjadi lebih baik.

Usaha Menghilangkan Pikiran Negatif

Ini sekedar sharing kepada teman-teman sekalian. Pernah tidak, merasa mempunyai pikiran buruk terhadap diri sendiri? Saya pernah. Walaupun sekarang saya merasa tenang, saat-saat perkawinan saya berjalan dengan tersendat-sendat adalah masa yang paling susah, karena harus mengambil keputusan untuk masa depan.

Ketika keputusan telah diambil pun, walaupun sepakat bahwa meneruskan perkawinan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, masih ada perasaan-perasaan seperti gagal, bodoh, dan sebagainya. Perasaan-perasaan ini yang membuat saya susah bener buat maju. Jangankan maju, bangun juga susah bener punya mood yang enak. Ini berlangsung selama 3-4 tahun dan efeknya terasa ke badan banget.

Walaupun sudah cerai dan berhubungan dengan laki-laki kembali, yang mana dua di antaranya cukup serius, setiap hubungan itu kandas, perasaan-perasaan seperti bodoh, gagal, tidak berharga kadang muncul. Dan ini yang membuat saya bener-bener capek, hilang napsu makan dan malas melakukan apa-apa. 

Kadang saya pikir, ah, malas ah, deket sama orang lagi kalau sakit hatinya begini parahnya. Tapi sebenarnya, bukan kegagalan itu yang membuat saya sedih, tetapi persepsi saya terhadap kegagalan itu yang membuat saya sedih berkepanjangan.

Misalnya begini. Umpama saya dan rekanan kerja saya diberikan pekerjaan dengan deadline yang sangat ketat. Saya stress karena saya pikir bos saya sengaja memberi tugas ini karena dia sebal dengan saya.

Sementara rekanan saya malah semangat kerja karena menurut dia, pekerjaan itu akan memberikan kenaikan gaji kalau selesai dengan baik. Pekerjaannya sama, tetapi persepsi terhadap pekerjaan yang membuat yang satu stress, yang satu malah semangat.

Nah, kembali kepada kita-kita yang pernah gagal dalam berumah tangga. Kalau sampai merasa bahwa diri tidak berharga, tidak cantik, tidak bisa membahagiakan pasangan, gagal, bodoh dan sebagainya, coba deh, tantang pikiran itu dengan metode merubah pola pikir negatif ini.  Ini saya dapat dari kenalan saya yang seorang psikolog.

Katanya, pikiran negatif ini bisa membajak cara kita menganggap diri kita sendiri, sehingga bisa membuat kita menjadi lebih terpuruk. Dengan kita bisa merubah pola pikir negatif yang kadang tanpa sadar ada di bawah sadar kita, kita bisa merasa lebih ringan dan lebih senang sehingga kualitas hidup kita akan lebih baik daripada bermurung di tempat tidur seharian. Kita mulai ya...

1. Identifikasi Pola Pikir Negatif
coba dibuat daftar, iya, tulis di atas kertas, kira-kira pikiran apa yang membuat kita menjadi sedih. Ingat, bukan peristiwa, karena peristiwa kalau disikapi dengan pikiran yang positif tidak akan membuat kita depresi.

Misalnya, perkawinan gagal karena suami meninggalkan kita untuk perempuan lain. Buat daftar pikiran-pikiran yang membuat kita sedih, misalnya, pikiran bahwa kita ini jelek, tidak berharga, bodoh, tidak bisa membahagiakan suami, dst.


2. Cari Bukti
Jadi, Anda pikir Anda bodoh karena perkawinan Anda gagal. Coba cari bukti bahwa memang Anda bodoh. Bisa dilakukan dengan teman dekat Anda, tanyakan pada mereka apakah Anda bodoh.

Coba ingat-ingat apa achievement Anda selama ini. Apakah iya Anda bodoh? Apakah teman-teman Anda mengatakan bahwa Anda bodoh? Coba di-survey, apakah perasaan bodoh Anda itu realistis? Karena sesungguhnya, pikiran yang negatif adalah pikiran yang tidak realistis.

Apa iya Anda bodoh karena kalah dalam lomba menyanyi, padahal beberapa teman Anda mengatakan bahwa suara Anda bagus.


3. Proyeksi
Sahabat saya pernah patah hati ditinggal kawin dan dia mengatakan, “Saya bodoh ya, sudah ada tanda-tandanya tapi saya terus saja dengan hubungan ini. Mustinya saya tinggalkan dari dulu”.

Saya mengatakan bahwa yang namanya kalau lagi dibawa perasaan, segala logika memang hilang sehingga kelihatan bodoh. Tapi sebenarnya bukannya bodoh, dia cinta sama perempuan itu. Nah, apakah hal tersebut bisa saya katakan kepada diri saya sendiri? Karena kalau kita yang mengalami, kita subyektif.

Kalau orang lain yang mengalami, kita lebih obyektif. Coba bayangkan kalau Anda sedang menasehati teman dekat Anda yang mengalami hal yang Anda alami. Apakah Anda akan mengatakan bahwa dia bodoh? Gagal? Tidak berguna?


4. Definisikan
Coba definisikan apa perasaan Anda itu dengan lebih detail. Misalnya, bodoh tadi itu. Apa definisi Bodoh menurut Anda? Bisa definisinya gagal dalam perkawinan, apakah itu adil terhadap diri Anda sendiri untuk mengatakan bahwa Anda bodoh padahal Anda baru cerai sekali? Atau dua kali?


5. Hilangkan Kata ‘Harus’
Biasanya kita jadi frustrasi kalau kita memakai kata yang satu ini. Perkawinan harus berjalan lancar. Pekerjaan harus sukses. Dengan memberikan tambahan kata harus, kita memberikan beban kepada diri kita sendiri sehingga membuat kita tertekan.

Coba pikirkan, misalnya Anda sedih karena rumah tangga Anda putus di jalan, apakah memang semua perkawinan harus berjalan lancar dan diteruskan bila keadaannya sudah morat-marit? Apakah sebuah pekerjaan harus diselesaikan jika badan sudah betul-betul letih? Coba deh, agak sayang sama diri sendirilah. Ganti kata harus dengan kata yang lain, yang lebih lembut.


6. Analisa Ulang Masalah
Coba deh, lihat lagi masalah Anda. Apakah memang Anda sendiri yang berkontribusi terhadap kegagalan Anda?  Misalnya, suami Anda meninggalkan Anda untuk perempuan lain, apakah memang karena Anda sudah tidak menarik lagi?

Ya, mungkin saja, tetapi apakah itu karena Anda tidak sempat mengembangkan diri sendiri karena membantu suami cari uang juga karena gaji dia sendiri tidak cukup untuk menghidupi keluarga? Karena suami Anda tidak membantu meringankan beban rumah tangga Anda?

Dengan ‘bagi-bagi kesalahan’, Anda akan merasa bahwa masalah Anda bukan Anda saja yang bertanggungjawab. Sebenarnya ini bagian dari self defense juga sih, tapi lumayan berhasil meringankan beban pikirian kita yang negatif.

Ngga ada salahnya juga nyalahin orang lain kok, kan cuma dalam list yang Anda buat ini, bukan diomongin sama mertua.


7. Mencoba Pasrah alias Berpikir Abu-abu
Terus terang, ini bagi saya agak sulit dilakukan karena kalau pikiran negatifnya sangat kuat (saya orang yang lebih suka in control jadi agak sulit dengan metoda ini), biasanya pikiran abu-abu ini tertimpa dengan fakta yang kadang membuat kita berkesimpulan negatif.

Cara berpikir abu-abu ini adalah dengan tidak membuat penilaian terhadap diri sendiri. Self denial mungkin ya, namanya. Misalnya daripada menilai bahwa kita gagal, kita menganggap bahwa seharusnya memang ini terjadi dan tidak dapat dihindarkan, karena situasinya memang tidak memungkinkan.

Jadi, jangan menghakimi diri sendiri, tetapi berusaha memandang kejadian tersebut dengan netral (jadi jangan bilang, “….tapi kan…” setelahnya).


8. Penerimaan diri
Terima deh, diri kita apa adanya. Misalnya, berhenti mengkritik diri sendiri tetapi cari kebenarannya. Misalnya, saya merasa bahwa saya ini melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang dan bodoh karena terlalu mempercayai suami yang mengkhianati kepercayaan saya.

Nah, ketimbang mengatakan kita bodoh, cobalah menerima bahwa Anda memang orang yang kalau sudah mencintai seseorang, akan sepenuh hati mempercayai orang. Itulah Anda. Itu memang trademark Anda.

Sadari dan terima saja, tetapi pelajari apa yang bisa dilakukan untuk bisa mengatasinya di masa yang akan datang (jangan terus nanti kalau dapat pasangan lagi jadi sewa detektif atau pasang bug di telepon pasangan ya, itu parno namanya).


Dalam melakukan latihan ini, coba tuliskan semua di atas kertas (atau di excel deh, kalau memang sudah kaku menulis dan lebih enak mengetik). Buat tiga kolom, yang kiri isinya pikiran2 negatif Anda, yang paling kanan pikiran positif, dan yang di tengah adalah counter atau yang rincian dari pembelaan-pembelaan, bukti-bukti bahwa pikiran negatif Anda itu memang benar/salah.

Biasanya sih, pikiran-pikiran yang negatif itu tidak realistis dan bisa di counter dengan bukti-bukti yang Anda tuliskan dengan melakukan ke-8 metoda yang tertulis di atas.

Biasanya juga, kalau dituliskan, kita bisa lebih jelas memilah masalah dan mendeskripsikan perasaan kita, daripada dibiarkan muter saja di kepala kita. Dengan dituliskan, kita juga bisa membaca kembali counter-counter tersebut jika pikiran negatif sudah mulai datang.

Biasanya kalau duduk sendirian dan melakukan ini suka sulit. Coba deh, minta tolong teman yang Anda percaya untuk mengingat-ingat peristiwa-peristiwa yang men-justify pikiran negatif Anda.

Teman ini musti yang sabar dan mendedikasikan waktu (bukan sebentar2 ngecek BBM-nya dan update status) dan tahu bahwa ini penting untuk Anda, sehingga bisa keluar tuh semua deskripsi-deskripsinya.

Silakan mencoba, mudah-mudahan membantu ya. Bisa dipakai dalam menghilangkan atau paling tidak mengurangi pikiran-pikiran negatif yang membuat kita semakin terpuruk. Whooooooossssshaaaaaahhhh!!!

(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.